Penyebaran garam di awan yang berpotensi hujan ternyata berguna untuk mempercepat turunnya hujan di lokasi yang diinginkan. Hal ini yang sedang dilakukan BNPB bersama TNI AU dan BPPT untuk mengurangi curah hujan yang turun di Jakarta.
“Selama ini dalam pengendalian banjir aspek atmosfer tidak diperhatikan. BPPT dalam hal ini mencoba mengatur yang ada di atmosfer. Kita masuk untuk kelola faktor ini,” kata Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Heru Widodo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (14/1/2014).
Fungsi 6 ton garam yang dikemas dalam kontainer berbentuk corong dan saat ini sedang disemai pesawat Hercules TNI AU di awan adalah untuk mempercepat hujan turun. Sehingga penyemaiannya dilakukan di laut dan wilayah luar Jabodetabek yang tidak berpotensi banjir.
“Awan-awan yang kita anggap membahayakan masuk daerah Jakarta dan Bogor, sampai ke hilir. Itu yang akan kita jatuhkan di luar area. Daerahnya bisa menampung hujan atau pun di laut,” ujar Heru.
Kegiatan ini dilakukan selama dua bulan setiap harinya sampai status siaga darurat banjir di Jakarta dicabut. Biayanya pun cukup tinggi, sebesar Rp 20 miliar.
“Pesawat satu kali terbang saja bisa dihitung seperti peralatan di darat, avtur, perawatan. Jadi 60 persen untuk pesawat, ada 3 pesawat. Tahun lalu 42 hari operasi sekitar Rp 12,2 miliar,” imbuh Heru.
Efek samping dari kegiatan ini disebutkan tidak ada karena menggunakan bahan alami yakni garam dapur. Begitu pula ketika hujan turun, airnya tak akan berasa asin.
“Perlu diingat, hujan sebagai media agar banjir tidak terjadi di Jakarta. Tujuan kami mengurangi banjir,” tutup Heru.
Hipertensi merupakan suatu kondisi ketika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau diastolik ≥ 90 mmHg pada orang dewasa.1 Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2018 berdasarkan Riskesdas setinggi 34.1% pada populasi dewasa.2 Kondisi hipertensi sendiri seringkali tidak disadari oleh penderita, diperkirakan 46% orang dewasa tidak menyadari kondisi i
Dalam siaran Pers yang diterbitkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika saat ini Indonesia mengalami suhu panas yang terjadi akibat adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Meskipun demikian kita sebaiknya tetap waspada dan menjaga kondisi tubuh untuk mengurangi dampak dari cuaca panas, baik ketika d